TIDAK susah ternyata mempelajari Alquran. “Allah sendiri, kok, yang menjanjikan. Coba baca surat Al Qomar ayat 22, Allah mengulangnya sampai empat kali,” ujar Nandi Setiana, ketika Kampus bertemu dengannya di Masjid Al Jihad Unpad Dipati Ukur, Selasa (25/9).
Dai yang lebih kondang dengan nama Abu Robbani ini bisa dianggap sebagai salah seorang yang memopulerkan istilah tahsin tilawah atau perbaikan bacaan Alquran dengan bermacam tekniknya pada Muslim di Kota Bandung hingga kini di Indonesia. Teknik yang dikembangkannya, antara lain, Tartila dan QRQ (quantum reading quran) menyebar dalam pengajaran di kelas, kaset, VCD yang telah dicetak puluhan ribu kopi. Pendekatan mengajarnya dianggap sebagai terobosan untuk mempelajari Alquran lebih mudah dan praktis tanpa meninggalkan kaidah.”Hahaha.., hihihi…, pake dhommah! hu hu hu.., nah itu, bisa! Ayo coba lagi,” ujar Abu.
Jangan mengira suasana riang seperti ini terjadi di ruang kelas taman kanak-kanak atau play group. Ya, 20 orang yang bernyanyi gembira ini hampir sebagian besar sudah mengenyam TK di zaman revolusi dulu alias kini mereka sudah nenek-nenek. Walaupun begitu, semangat mereka begitu kencang tatkala ustaz Abu menjelaskan betapa mudahnya mengucapkan ha besar. “Jadi, nggak sulit kan, Bu?! Itu ha besar, tidak harus dipaksa di dada,” kata Abu sembari melanjutkan, “Nah, ha kecil juga biasa. Kayak bilang papah-papah ini teh sah nggak pah? Kata papah sah atuh mah“.